Belajar mendalami sesuatu dengan cara ikut menyelaminya

Wednesday, 5 February 2014

Kisah Hikmah: Bapak, Anak, dan Keledai

Suatu hari seorang Bapak sedang melakukan perjalanan dengan putranya yang masih kecil dan dia menyayanginya. Oleh karena itu ia menaruh anaknya diatas punggung keledai dan dia menuntun keledai tersebut. Ditengah perjalanan beliau diolok-olok oleh orang-orang yang melihatnya : "Bagaimana orang tua itu, mengapa anaknya tidak memberi kesempatan naik diatas keledai, bukankah anaknya lebih kuat untuk berjalan kaki".

Mendengar kalimat itu segera ia mengambil posisi dan menggantikan anaknya untuk menaiki keledainya sementara sang anak menuntun keledai tersebut. Sampai ditempat yang lain orang-orang pun berkomentar melihat mereka : "Sungguh tidak tahu malu orang tua itu, dia sebagai orang tua hendaknya mengalah untuk tidak naik keledai dan biarkan anaknya yang menaiki keledai tersebut". Bapak tersebut bingung dan segera turun dari keledainya.

Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sambil menuntun keledainya. Tiba di tempat lain orang-orang menertawakan sikap kedua musafir tersebut dengan berkata : "Bodoh sekali orang itu, mengapa mereka tidak menaiki keledainya bukankah sangat menyenangkan menaiki keledai, mereka tidak akan lelah. Buat apa punya keledai jika hanya dituntun ?". Mendengar omongan orang-orang disekitarnya Bapak tersebut menjadi berfikir dan malu.

Ada perasaan serba salah dari semua yang telah dilakukan, akhirnya beliau mengambil keputusan. Kedua orang anak dan bapak itu akhirnya menaiki keledainya berdua dan melanjutkan perjalanan. Sampai di tempat lain orang-orang disekitar perjalanan yang dilaluinya melihat dengan keheranan menatap bahkan mengumpat : "Dasar orang tidak tahu diri..!, masak seekor keledai harus menanggung beban dua orang sekaligus diatas punggungnya, kasihan sekali nasib keledai itu"... Bapak tersebut berfikir panjang atas kejadian yang dialaminya selama perjalanan dengan anaknya. Satu pun tidak ada yang mendukungnya bahkan semua menyalahkan.

Semakin dicari kebenaran atau kesempurnaan menurut manusia, semakin diketahui bahwa tidak ada yang benar atau yang sempurna sekalipun, justru mendapati kekurangan dan kesalahan yang dilakukan tanpa disadari. Kesemuanya tergantung dari kita sendiri dalam menilai mana yang baik dan mana yang buruk. Luaskanlah ilmu, penuhkanlah pengalaman, dan lapangkanlah pergaulan sebagai penyaringnya.
Share:

Rintihan Dalam Tenda Depan Istana

Siapa sangka di depan Istana tuan Presiden ada satu keluarga (bapak, ibu, dan anak) yang menginap di dalam tenda demi keadilan. Sudah bertahun mereka di Jakarta untuk keadilan.

Badai kasus malpraktik seorang dokter di Sulawesi Utara telah berlalu. Sekarang masuk dalam gelombang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang katanya dijadikan pelindung untuk mereka yang miskin agar terlayani dengan baik.

Biarlah gelombang JKN ini diperbincangkan untuk mendapatkan rupanya yang menawan. Biarlah elit politik dan birokrat sibuk mengurusi jalannya Pemilu 2014.

Jika hendak diperhatikan oleh pemegang kuasa, minta bantulah dengan media massa nasional.

Ahhh.. rasanya tak mungkin karena Televisi skala Nasional sedang sibuk menjual diri Tuannya agar mendulang suara di Pemilu 2014.

Demi rasa kemanusiaan lihatlah anak bangsa yang datang jauh dari daerah itu terdampar di depan istana yang berkarpet merah VVIP, mereka hanya ingin menunjukkan bahwa si miskin ini ingin diperlakukan sama dengan mereka yang kaya, anak penguasa.
Satu keluarga tidur di bawah tenda

Spanduk yang mereka buat untuk menjelaskan apa yang sudah mereka lakukan untuk menempuh keadilan dan jalur birokrasi

Kondisi keluarga di tenda

Saat bincang dengan orang tua Elyana

Share:

Pelala

Total Pageviews