Belajar mendalami sesuatu dengan cara ikut menyelaminya

Sunday, 24 March 2013

Tiga Aliran Psikologi Untuk Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan dan Pengorganisasian Masyarakat dalam Kesehatan Masyarakat berarti melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan melibatkan masyarakat sebagai subjek dalam pembangunan kesehatan. Kompleksitas manusia membuat beberapa ahli membuat suatu pola untuk menguraikan psikologi manusia berdasarkan versi masing – masing.

Berikut ini adalah beberapa pendekatan aliran psikologi yang dapat dijadikan untuk melakukan pemberdayaan tersebut, yaitu:

1. Psikoanalitik
Menurut kaum psikoanalis tradisional (Hansen dan Warner 1977) manusia di gerakkan oleh dorongan dari dalam dirinya yang bersifat insting. Dalam hal ini individu tidak memegang kendali atas nasibnya sendiri tetapi tingkah lakunya tersebut di arahkan untuk memenuhi kebutuhan dan  insting biologisnya. Sigmund Freud mengemukakan struktur kepribadian individu terbagi menjadi tiga, yaitu:
Ide
Insting yang paling penting adalah instink seksualitas dan instink agresi yang menggerakkan manusia dengan prinsip untuk memuaskan dirinya. Atas hal tersebut fungsinya adalah sebagai pendorong individu untuk memenuhi kebutuhan diri sepanjang hidupnya. 
- Ego
Merupakan jembatan antara ide dengan keadaan dunia luar individu. Fungsi lain dari ego adalah mengatur dan mengarahkan ide dalam memuaskan instingnya selalu mempertimbangkan lingkungannya. Dengan demikian ego lebih berfungsi kepribadian, sehingga perwujudan fungsi ide itu menjadi tida tanpa arah.
Super Ego
Tumbuh berkat interaksi antara individu dengan lingkungannya, khususnya lingkungan yang bersifat aturan (perintah, larangan, ganjaran dan hukuman), nilai, moral, adat dan tradisi.

Berdasarkan tiga sturktur tersebut, jika dianalogikan bahwa kepribadian seseorang berpusat pada interaksi antara ide, ego dan super ego menduduki peran perantara antara ide dengan lingkungan antara ego dengan super ego. Sedangkan peranan ego dalam menjembatani ide dengan super ego dapat dilihat kaitannya dengan kecenderungan seseorang untuk berada pada dua titik ekstrem. Pertama seseorang yang didominasi idenya maka tingkah lakunya impulsif dan seseorang yang didominasi super egonya cenderung berperilaku moralistik.

2. Pandangan Behavioristik
Kaum behavioristik menganggap bahwa tingkah laku manusa di pengaruhi oleh lingkungan. Hubungan itu di atur oleh hukum – hukum belajar, seperti teori pembiasan (conditioning) dan peniruan.

Pandangan behavioristik sering di kritik sebagai pandangan yang merendahkan derajat manusia (dehumanisasi) karena pandangan ini mengingkari adanya cirri – cirri yang amat penting yang ada pada manusia dan tidak ada pada mesin atau binatang seperti kemampuan memilih, menetapkan tujuan dan mencipta.

Pandangan behavioristik tidaklah mendehumanisasikan manusia, melainkan justru men-dehomunkulisasikan manusia yaitu : mengatasi kekerdilan manusia. Hanya dalam hubungannya dengan lingkungan yang didekati. Secara ilmiah kekerdilan manusia dapat diatasi dan harkat manusia dipertinggi.

3. Humanistik
Pandangan humanistik tentang manusia (Hansen, dkk 1977) menolak pandangan Freud. Rogers yang menokohi pandangan humanistik berpendapat bahwa manusia itu memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, manusia itu rasional, terisosialisasikan dan untuk berbagai hal dapat menetukan nasibnya sendiri.

Selanjutnya Rogers mengemukakan bahwa manusia itu merupakan kepribadian yang tidak statis atau tidak kaku. Manusia pada hakekatnya dalam proses on becoming tidak pernah selesai dan tidak prenah sempurna.

Sedangkan prinsip belajar humanistik itu adalah : Hasrat untuk belajar (alamiah), belajar yang berarti, belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri dan belajar dan perubahan.

Dengan melakukan pendekatan tiga aliran psikologi di atas maka dapat dijadikan suatu langkah – langkah yang dapat dilakukan dalam melaksanakan upaya dalam mengorganisasikan dan pengembangan berbabis masyarakat (PPM), sehingga bisa memfasilitasi unsur positif yang ada di setiap komponen tersebut untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Share:

Saturday, 23 March 2013

CLEANER PRODUCTION

Cleaner Production atau Produksi Bersih merupakan tindakan efisiensi pemakaian bahan baku, air dan energi, serta pencegahan terhadap pencemaran, dengan sasaran peningkatan produktivitas dan minimisasi timbulan limbah. Istilah Pencegahan Pencemaran seringkali digunakan untuk maksud yang sama dengan istilah Produksi Bersih. Demikian pula halnya dengan Eco-efficiency yang menekankan pendekatan bisnis yang memberikan peningkatan efisiensi secara ekonomi dan lingkungan.

Pola pendekatan produksi bersih bersifat preventif atau pencegahan timbulnya pencemar, dengan melihat bagaimana suatu proses produksi dijalankan dan bagaimana daur hidup suatu produk. Pengelolaan pencemaran dimulai dengan melihat sumber timbulan limbah mulai dari bahan baku, proses produksi, produk dan transportasi sampai ke konsumen dan produk menjadi limbah. Pendekatan pengelolaan lingkungan dengan penerapan konsep produksi bersih melalui peningkatan efisiensi merupakan pola pendekatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan daya saing.
Penerapan produksi bersih pada kegiatan industri menjadi sebuah upaya mengharmonisasikan pembangunan perekonomian dengan pelestarian lingkungan
Gambar 1. Penerapan produksi bersih pada kegiatan industri menjadi sebuah upaya mengharmonisasikan pembangunan perekonomian dengan pelestarian lingkungan *

Menurut UNEP, Produksi Bersih adalah strategi pencegahan dampak lingkungan terpadu yang diterapkan secara terus menerus pada proses, produk, jasa untuk meningkatkan efisiensi secara keseluruhan dan mengurangi resiko terhadap manusia maupun lingkungan (UNEP, 1994). Sedangkan menurut Kementerian Lingkungan Hidup, didefinisikan sebagai strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara terus-menerus pada setiap kegiatan mulai dari hulu ke hilir yang terkait dengan proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya alam, mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan mengurangi terbentuknya limbah pada,sumbernya sehingga dapat meminimisasi resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia serta kerusakan lingkungan (KLH,2003).

Dari pengertian mengenai Produksi Bersih maka terdapat kata kunci yang dipakai untuk pengelolaan lingkungan yaitu : pencegahan pencemaran, proses, produk, jasa, peningkatan efisiensi, minimisasi resiko. Dengan demikian maka perlu perubahan sikap, manajemen yang bertanggung-jawab pada lingkungan dan evalusi teknologi yang dipilih. Pada proses industri, produksi bersih berarti meningkatkan efisiensi pemakaian bahan baku, energi, mencegah atau mengganti penggunaan bahan-bahan berbahaya danberacun, mengurangi jumlah dan tingkat racun semua emisi dan limbah sebelum meninggalkan proses.
Pada produk, produksi bersih bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan selama daur hidup produk, mulai dari pengambilan bahan baku sampai ke pembuangan akhir setelah produk tersebut tidak digunakan. Produksi bersih pada sektor jasa adalah memadukan pertimbangan lingkungan ke dalam perancangan dan layanan jasa.

Penerapan Produksi Bersih sangat luas mulai dari kegiatan pengambilan bahan termasuk pertambangan, proses produksi, pertanian, perikanan, pariwisata, perhubungan,konservasi energi, rumah sakit, rumah makan, perhotelan, sampai pada sistem informasi. Pola pendekatan produksi bersih dalam melakukan pencegahan dan pengurangan limbah yaitu dengan strategi 1E4R (Elimination, Reduce, Reuse, Recycle, Recovery/Reclaim) (UNEP, 1999).

Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih dalam Kebijakan Nasional Produksi Bersih (KLH, 2003) dituangkan dalam 5R (Re-think, Re-use, Reduction, Recovery and Recycle).
  1. Elimination (pencegahan) adalah upaya untuk mencegah timbulan limbah langsung dari sumbernya, mulai dari bahan baku, proses produksi sampai produk.
  2. Re-think (berpikir ulang), adalah suatu konsep pemikiaran yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi, dengan implikasi : a. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik pada proses maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk; b. Upaya produksi bersih tidak dapat berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun kalangan usaha
  3. Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulan limbah pada sumbernya.
  4. Reuse (pakai ulang/penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi.
  5. Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah dengan memrosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuakn fisika, kimia dan biologi.
  6. Recovery/ Reclaim (pungut ulang, ambil ulang) adalah upaya mengambil bahanbahan yang masih mempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuakn fisika, kimia dan biologi.
Meskipun prinsip produksi bersih dengan strategi 1E4R atau 5R, namun perlu ditekankan bahwa strategi utama perlu ditekankan pada Pencegahan dan Pengurangan (1E1R) atau 2R pertama. Bila strategi 1E1R atau 2R pertama masih menimbulkan pencemar atau limbah, baru kemudian melakukan strategi 3R berikutnya (reuse, recycle, dan recovery) sebagai suatu strategi tingkatan pengelolaan limbah.

Tingkatan terakhir dalam pengelolaan lingkungan adalah pengolahan dan pembuangan limbah apabila upaya produksi bersih sudah tidak dapat dilakukan : 
  1. Treatment (pengolahan) dilakukan apabila seluruh tingkatan produksi bersih telah dikerjakan, sehingga limbah yang masih ditimbulkan perlu untuk dilakukan pengolahan agar buanagn memenuhi baku mutu lingkungan. 
  2. Disposal (pembuangan) limbah bagi limbah yang telah diolah. Beberapa limbah yang termasuk dalam ketegori berbahaya dan beracun perlu dilakukan penanganan khusus.Tingkatan pengelolaan limbah dapat dilakukan berdasarkan konsep produksi bersih dan pengolahan limbah sampai dengan pembuangan (Weston dan Stuckey, 1994).

Penekanan dlakukan pada pencegahan atau minimisasi timbulan limbah, dan pengolahanmaupun penimbunan merupakan upaya terakhir yang dilakukan bila upaya dengan pendekatan produksi bersih tidak mungkin untuk diterapkan.
UNEP telah membuat alur atau siklus Produksi Bersih yang dapat menjadi acuan bagi Industri besar, menengah, kecil maupun konsultan dalam pelaksanaannya.




Gambar 2. Alur Produksi Bersih UNEP**






Sumber:
* http://id.wikipedia.org/wiki/Produksi_bersih
** http://produksibersih.wordpress.com/tag/produksi-bersih
Share:

Thursday, 21 March 2013

Rangkuman Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


Dalam menyatukan suatu persepsi untuk menjamin adanya satu satuan yang sama dalam mempersiapkan beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014 perlu adanya penyatuan persepsi. Untuk mencapai tujuan khusus tersebut, disepakati 8 sasaran pokok yang akan dicapai pada tahun 2014 yaitu:
  1. Tersusunnya seluruh peraturan pelaksanaan yang diperlukan,
  2. Beroperasinya BPJS Kesehatan sesuai UU 24/2011,
  3. Paling sedikit 121,6 juta(1) penduduk dijamin melalui BPJS Kesehatan,
  4. Manfaat medis Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola BPJS sama untuk seluruh peserta sedangkan untuk manfaat non medis masih ada perbedaan,
  5. Disusunnya rencana aksi pengembangan fasilitas kesehatan dan implementasinya secara bertahap,
  6. Paling sedikit 75% peserta puas dengan layanan BPJS Kesehatan,
  7. Paling sedikit 75% fasilitas kesehatan puas dengan layanan BPJS Kesehatan, dan
  8. Pengelolaan keuangan BPJS Kesehatan terlaksana secara transparan, efisien, dan akuntabel.
Secara khusus peta jalan ini disusun untuk mempersiapkan beroperasinya BPJS Kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014 dan tercapainya Jaminan Kesehatan Nasional (INA-Medicare) untuk seluruh penduduk Indonesia pada Tahun 2019. Di tahun 2019, peta jalan menetapkan 8 (delapan) sasaran berikut: 
  1. BPJS Kesehatan telah mendapat kepercayaan penuh publik,
  2. seluruh penduduk (diperkirakan 257,5 juta jiwa) telah terjamin,
  3. paket manfaat medis dan non medis sudah sama untuk seluruh peserta,
  4. fasilitas kesehatan telah tersebar memadai,
  5. peraturan perundangan disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan waktu itu,
  6. paling sedikit 85% peserta puas dengan pelayanan yang diterima dari fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan,
  7. paling sedikit 80% fasilitas kesehatan puas dengan pelayanan yang diterima dari BPJS Kesehatan, dan
  8. pengelolaan keuangan BPJS Kesehatan sudah mencapai tingkat transparansi, efisiensi dan akuntabilitas optimal.
Dari sisi pelayanan kesehatan, telah diidentifikasikan tingkat ketersediaan dan sejumlah masalah yang masih menghambat pelaksanaan jaminan kesehatan nasional.
  1. Saat ini, tersedia lebih dari 85.000 dokter praktik umum dan lebih dari 25.000 dokter praktik spesialis, belum termasuk dokter gigi. Secara nasional, jumlah tersebut cukup untuk melayani seluruh rakyat berdasarkan rasio satu dokter praktik umum melayani 3.000 orang.
  2. Pelayanan kesehatan saat ini juga didukung oleh jumlah perawat dan bidan yang jumlahnya telah mencukupi, dan tempat tidur di rumah sakit milik Pemerintah dan milik swasta, termasuk tempat tidur di puskesmas yang rasionya telah mendekati satu tempat tidur untuk setiap 1.000 penduduk. Namun demikian, ketersediaan layanan kesehatan tersebut terkendala oleh penyebarannya yang jauh lebih banyak di kota-kota besar. Pada pelaksanaan cakupan kesehatan semesta di berbagai negara lainnya hal serupa umum terjadi. Hal itu dapat diselesaikan antara lain jika pembayaran BPJS ke fasilitas kesehatan diperbaiki dengan mempertimbangkan harga keekonomian agar terjadi redistribusi dokter ke daerah-daerah yang membutuhkan dan semakin banyak pihak swasta yang akan membangun fasilitas kesehatan. 
Layanan kesehatan juga mencakup obat dan bahan medis habis pakai yang seyogyanya mengikuti mekanisme pasar. Saat ini, jumlah pabrik obat di Indonesia jumlahnya jauh melebihi kebutuhan. Sementara itu, produksi bahan medis habis pakai juga mudah untuk ditingkatkan produksinya.

Penentuan besaran pembayaran iuran BPJS menjadi faktor kunci agar dokter dan fasilitas kesehatan, termasuk obat dan bahan medis habis pakai dibayar dengan harga keekonomian yang layak, dan terjadi keseimbangan yang memadai antara pemintaan dan penyediaan obat dan bahan medis habis pakai. Untuk itu, pelaksanaan BPJS perlu dipantau agar dapat tercapai tingkat kepuasan 80% dari fasilitas kesehatan.

Sumber: Rangkuman Peta Jalan Jaminan Kesehatan Nasional 2012.
Share:

58 Gol Tercipta Dalam Satu Pertandingan



Klub Sepak Bola Ini Mencetak 58 Gol Dalam Satu Pertandingan

Tim Wheel Power FC
Satu tim sepak bola peserta Liga Minggu memacahkan rekor mencetak gol dengan mangalahkan tim tamu 58-0. Skor itu merupakan kekalahan terbesar dalam sejarah persepakbolaan di Inggris. Tim Wheel Power FC mengandaskan Nova 2010 FC pada Liga Minggu Torbay bertempat di Torquay, Devon.

Dalam lima menit pertama sudah berhasil dijaringkan lima gol ke gawang Nova. HIngga akhir babak pertama kedudukan sementara 20-0. Sedangkan pad ababak kedua, Wheel Power kembali menambah koleksi gol menjadi total 58-0 (20-0).

Seperti dilaporkan The Sun, duet bersaudara Robbie dan Stuart Bowker menciptakan 28 gol, di mana menyumbangkan 18 gol.

Rekor jumlah gol terbanyak sebelumnya dibukukan pada Liga Cornish di mana tim Illogan mangalahkan Madron FC 55-0 pada November 2010.

TIm Nova tiba di lapangan dengan hanya membawa lima pemain ke kandang Wheel Power, namun akhirnya bisa menjadi sembilan orang untuk melawan tim tuan rumah yang hanya memiliki sepuluh pemain.





Pemain sayap Wheel Power yang juga manajer tim Andy Woodward yang menyumbangkan satu gol berkata, "Wasit sempat bingung untuk sesaat. Ini memamng memalukan namun tim bermain bersih (fair play). mereka benar-benar sportif."

"Hasil akhir akan sangat membantu jika di akhir musim harus mempertimbangkan selisih gol."

Sedangkan manajer Nova, Lewis Parker (60) berkata, "Banyak pemain yang tidak hadir, jadi kami memperkirakan kalah, namun tidak sebanyak itu."

Sumber: Forum Viva
Share:

Sunday, 17 March 2013

SEJARAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Lahirnya Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat

Cerita tentang Kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita Mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik. Hegeia, seorang asistenya yang juga istrinya juga telah melakukan upaya kesehatan. Bedanya antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/penanganan masalah kesehatan adalah:
  1. Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang.
  2. Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”, seperti mengindari makanan/minuman yang beracun, makan makanan yang bergizi (baik) cukup istirahat dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, anatara lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik, daripada dengan pengobatan/pembedahan.
Dari kedua tokoh itulah akhirnya muncul dan berkembang 2 ilmu kesehatan yang berbeda, meskipun saling melengkapi:
  • Dari tokoh Asclepius berkembang ilmu kedokteran (pengobatan dan pemulihan atau  kuratif dan rehabilitatif)
  • Dari tokoh Hegiea berkembang ilmu kesehatan masyarakat (pencegahan dan peningkatan atau preventif dan promotif )
Kedokteran Vs Kesehatan Masyarakat
  • Kedokteran:
–        Klien : Pasien (orang sakit)
–        Pendekatan : individual
–        Tujuan : penyembuhan/pemulihan
–        Tenaga : dokter dan perawat (Medis dan Paramedis)
  • Kesehatan Masyarakat:
–        Klien : Masyarakat (orang sehat)
–        Pendekatan : multidisiplin
–        Tujuan : masyarakat terhindar dari penyakit, dan meningkat kesehatannya
–        Tenaga : kesmas, sanitarian, perawat kesmas, Bidan di Desa,Kader Kesehatan, dsb.

BIDANG KESEH. MASYARAKAT
KELOMPOK  ORANG SEHAT
Masalah: Faktor risiko penyakit
BIDANG KEDOKERAN
Masalah Penyakit
KELOMPOK ORANG SAKIT
AHLI KESEHATAN MASYARAKAT
Pencegahan (Preventif)
Peningkatan (Promotif)
DOKTER
Penyembuhan (Kuratif)
Pemulihan (Reahbilitatif)


Perkembangan Kesehatan Masyarakat
  • Periode sebelum  ilmu pengetahuan (Zaman Romawi dan Yunani serta Zaman pertengahan)
Pada periode ini masyarakat belum terlalu memahami arti pentingnya kesehatan dalam kehidupannya dalam sehari-hari, ini ditandai dengan adanya peraturan tertulis yang mengatur pembuangan limbah kotoran yang tujuan awalnya tidak untuk kesehatan tetapi karena limbah menimbulkan bau tidak sedap. Namun lama-lama mereka makin menyadari pentingnya kesehatan masyarakat setelah timbulnya berbagai macam penyakit menular menyerang sebagian penduduk dan menjadi epidemi bahkan telah menjadi endemi. Contohnya kolera namun upaya pemecahan masalah secara menyeluruh belum dilakukan.
  • Periode ilmu pengetahuan (Abad 18-19 dan Abad ke 20)
Periode ini masalah penyakit merupakan masalah yang komplek, sehingga jika pada periode sebelum ilmu pengetahuan belum ditemukan pemecahan masalah, pada periode ini mulai ditemukann penyebab-penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah, ini dibuktikan Lous Pasteur menemukan vaksin pencegah cacar. Josep Lister menemukan asam karbol untuk sterilisasi ruang operasi dan William Marton menemukan ether sebagai anestesi pada waktu operasi. Penyelidikan dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah pun mulai digalakkan. Ini dibukatikan dengan telah dikembangkannya pendidikan tenaga kesehatan profesional oleh seorang pedagang wiski dari baltimor Amerika dengan berdirinya universitas serta pemerintah Amerika membentuk departemen kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk, juga perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.


Kesehatan Masyarakat Sebelum Ilmu Pengetahuan

  • Zaman Romawi dan Yunani kuno (BC), diketemukan dokomen tertulis yang mengindikasikan:
  1. Adanya upaya penanggulangan penyakit
  2. Adanya peraturan tertulis tentang pemukiman, pembuangan air limbah dan sistem drainase, air minum, pembuangan tinja, dsb, walaupun bukan kerena alasan kesehatan, melainkan untuk estetika.
  3. Adanya keharusan dari pemerintah kerajaan untuk peninjauanan warung-warung minuman (public bar), rumah makan, dsb.
  • Zaman Pertengahan (Abad  ke 1-7):
Beberapa penyakit menular mulai menyerang penduduk dunia (typhus, kolera, pes, dsb).
  • Zaman pertengahan (abad 8-18):
  1. Tahun 1340 terjadi wabah pes paling dahyat di Cina, India dan Mesir. Tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah pes, dan 60.000.000 orang meninggal untuk seluruh dunia. Sehingga masa itu disebut “the black death”.
  2. Sementara itu wabah kolera, typhus dan disentri masih berlangsung sampai abad ke 18.
  3. Upaya upaya penaggulangan penyakit menular secara menyeluruh dan sistematis hampir dikatakan belum ada.

Kesehatan Masyarakat Periode Ilmu Pengetahuan

Abad bangkitnya ilmu pengetahuan dimulai pada akhir abad ke 18 dan awal abad ke 19, termasuk ilmu kesehatan (kedokteran dan kesehatan masyarakat). Apabila sebelumnya masalah kesehatan, utamanya penyakit hanya dilihat sebagi fenomena biologis, kemudian bergeser kefenomena sosial yang kompleks. Apabila sebelumnya pendekatan terhadap masalah kesehatan hanya dari satu segi (sektor) saja, kemudian bergeser kependekatan yang multisektoral.

Ditemukannya vaksin pencegah cacar oleh Louis Pasteur,  asam karbol (asam karbol ) untuk sterilisasi ruang operasi oleh Joseph Lister, dan eter sebagai anestesi oleh Wiliam Marton. Tahun 1832 terjadi epidemi kolera di Inggris, terutama didaerah perkotaan. Kemudian Edwin Chardwich seorang ilmuwan sosial melakukan penyelidikan. Hasil penyelidikannya menyimpulkan bahwa penyebab  wabah kolera ini adalah karena sanitasi lingungan penduduk kota yang sangat buruk, pekerja perkotaan yang upahnya sangat rendah, gizi masyarakat rendah.

Hasil penyelidikan Chardwich ini dianalisis dan disajikan dengan baik dan sahih. Berdasarkan laporan Charwich ini akhirnya Parlemen Inggris mengeluarkan UU yang mengatur tentang sanitasi lingkungan, sanitasi tempat kerja (pabrik), sanitasi tempat umum, dsb.

Tahun 1848, Jons Simon diangkat sebagai menteri untuk menangani kesehatan penduduk (masyrakat). Pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20, di Inggris dan negara-negara Eropa lainnya,dan Amerika mulai dibuka pendidikan bagi tenaga-tenaga kesehatan untuk kesehatan masyarakat (publik).

Pada tahun 1894 John Hopkins seorang pedagang wiski mempelopori mendirikan Universitas, yang didalamnya terdapat program studi kedokteran dan  “public health”. Pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Kementerian Kesehatan yang pertama kali, yang didalamnya terdapat bagian yang menangani kesehatan masyarakat (publik).

Tahun 1872 dibentuk asosiasi dari para akademisi dan praktisi Kesehatan Masyarakat, yang disebut “American Public Health Association”.

Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia


Abad Ke-16
Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Sehingga berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Tahun 1807
Pemerintahan Jendral Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi pada waktu itu, tetapi tidak berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih.
Tahun 1888
Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung, yang kemudian berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang, surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi.
Tahun 1925
Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian dan kesakitan.
Tahun 1927
STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Tahun 1930
Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan.
Tahun 1935
Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi, dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.
Tahun 1951
Diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y. Leimena dan dr. Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Diyakini bahwa gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan       sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian disebut Puskesmas.

Tahun 1952
Pelatihan intensif dukun bayi dilaksanakan
Tahun 1956
Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.

Tahun 1967
Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe B, dan C.

Tahun 1968
Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya/kabupaten.

Tahun 1969
Sistem Puskesmas disepakati 2 saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter) dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita 1, dimulai program kesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.

Tahun 1979
Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.

Tahun 1984
Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi).

awal tahun 1990-an
Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.



Batasan Kesehatan Masyarakat
  • Winslow (1920), Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah Ilmu dan seni untuk mencegah penyakit dan memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan melalui “usaha-usaha pengorganisasian masyarakat” guna:
  1. Perbaikan lingkungan
  2. Pembrantasan penyakit menular
  3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
  4. Pengorganisasian pelayanan kesehatan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan
  5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memlihara kesehatannya 
Public Health is an organized community effort for:
  1. Protection
  2. Promotion maintenance, and
  3. Restoration of the of population (JM.Last, 1979)
Public Health is the organized global and local effort to promote and protect the health of population and to reduce health inequalities.

Deklarasi Alma Ata (Kesmas Abad 20)
  • Pada tanggal 6-12 September 1978 di Alma Ata (dulu USSR) diadakan konferensi “joint” konferensi antara WHO dan UNICEF yang dihadiri oleh 140 negara.
  • Konferensi itu mengahasilkan kesepakatan bersama yang dituangkan dalam deklarasi Alma Ata tentang “Primary Health Care” dalam pencapaian “Health for all by the year 2000.”
  • Semua negara, termasuk Indonesia menyepakati dalam rangka mencapai kesehatan untuk semua (kesuma tahun 2000) harus melaksanakan pelayanan kesehatan pimer (primary helth care).
Primary Health Care (Tonggak Sejarah Kesmas Abad 20), elemen:
  • Pemeliharaan kesehatan
  • Pencegahan penyakit
  • Diagnosis dan pengobatan
  • Rehabilitasi (pemulihan)
  • Pelayanan tindak lanjut
  • Pemberian sertifikasi
Tujuan dan sifat pelayanan:
  • Acceptable (diteriama oleh masyarakat)
  • Accessible  (terjangkau oleh masyarakat)
  • Demanded (dibutuhkan masyarakat)
  • Efektif dan efisien
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di Indonesia Setelah Kemerdekaan

1. Konsep Bekasi
  • Tahun 1951 oleh dr. Leimena dan sdr.Patah diperkenalkan Konsep Bandung, intinya pelayanan kuratif (pengobatan) tak ada artinya tanpa preventif (pencegahan). Pengobtan dan pencegahan harus dilakukan bersama-sama.
  • Tahun 1956 Dr. Sulianti Saroso merintis “Proyek Bekasi” sebagai proyek percontohan sekali gus tempat pelatihan pelayanan kesehatan terpadu (kesehatan masyarakat) di Indonesia.
  • Tahun 1957 dikembangkan 8 wilayah pengembangan kesehatan masyarakat, sebagai penerapan Konsep Bekasi.
 2. Dana Sehat Dan Pos Obat: Akar Kesehatan Masyarakat 
  • Tahun 1960 an di Jawa Tengah, khususnya di Solo dan Banjarnegara telah tumbuh kegiatan-kegiatan kesehatan  berbasis masyarakat : Dana Sehat, Pos Obat Desa, Arisan rumah sehat, jamban keluarga, dsb.
  • Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat dibawah bimbingan petugas kesehatan.
  • Dari kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat tersebut muncullah istilah “Kader Kesehatan” sebaga tenaga inti dari pelayanan kesehatan yang bermotto “dari, oleh, dan untuk masyarakat”
 3. PUSKESMAS

  • Tahun 1968 Ditetapkan Puskesmas sebagai sistem pelayanan kesehatan terpadu (preventif dan kuratif), mengacu pada Konsep Bandung dan Bekasi.
  • Mula-mula Puskesmas hanya meyelenggarakan 5 pelayanan dasar, yakni:
·         Pengobatan (BP)
·         Kesehatan Ibu dan Anak/Keluarga Brencana
·         Sanitasi lingkungan
·         Penyuluhan kesehatan
·         Pemberantasan penyakit menular
Tetapi akhirnya berkembang menjadi 7, 12, dan sampai sekarang telah menjadi 21 pelayanan

4. PUSLING DAN PUSTU
  • Untuk meluaskan jangkauan Puskesmas dibentuklah: Pusling  (Puskesmas Keliling) dan Pustu (Puskesmas Pembantu)
  • Balkesmas (Balai Kesehatan Masyarakat) adalah Puskesmas yang diselenggarakan oleh Swasta.
  • Untuk penilaian kerja Puskesmas digunakan standar yang dikenal “stratifikasi”
        Strata I : Puskesmas dengan prestasi sangat baik
        Strata II : Puskesmas dengan prestasi rata-rata
        Strata III: Puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata

Pelayanan Posyandu terdiri dari 5 (meja)
        Meja 1 : Pendaftaran
        Meja 2 : Penimbangan
        Meja 3 : Pengisian KMS
        Meja 4 : Penyuluhan, termasuk PMT
        Meja 5 : imunisasi, pemeriksaan,dsb oleh tenaga medis/para medis.

PKMD DAN PRIMARY HEALTH CARE (PHC)
  • Sebagai komitmen Indonesia terhadap deklarasi Alma Ata, maka PKMD dinyatakan sebagi bentuk operasional PHC  di Indonesia dalam rangka mencapai “helth for all by the year 2000”
  • Tahun 1982 ditetapkan SKN (Sistem Kesehatan Nasional) merupakan suatu sisten dari supra system pembangunan Nasional.
  • PKMD adalah merupkan salah satu bentuk pelayanan kesehatan masyarakat yang diselenggarakan oleh  masyarakat  dan dibina oleh petugas kesehatan.



5. PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa)
  • Tahun 1976 PKMD ditetapkan sebagai pendekatan yang strategis untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan.
  • Tahun 1977 ditingkatkan, bukan hanya dikembangkan dipedesaan, tetapi juga di perktaan, maka muncul istilah PKMD perkotaan.
  • Sasaran utama PKMD adalah agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kehidupan yang sehat dan sejahtera
6. POSYANDU
  • Tahun 1984 Dibentuk Pos Pelayanan Terpadu  (Posyandu) sebagai perpanjangan tangan Puskesmas.
  • Posyandu adalah perpaduan pelayanan kesehatan yang diselenggrakan oleh petugas kesehatan dan masyarakat (kader)
 7. Desa Siaga (2007/2008)
  • Adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawat daruratan kesehatan secara mandiri
  • Desa disini dapat diartikan sebagai Kelurahan atau Nagari atau kesatuan masyarakat hukum/administrasi pemerintahan.
Institusi Pendidikan Ilmu Kesehatan Masyarakat
  1. Tahun 1965 didirikan Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.
  2. Tahun 1982-1987 dirintis adanya program studi Kesehatan di Fakultas Kedokteran: USU, UNDIP, UNAIR, dan Unhas
  3. Tahun 1988-1990 berdiri FKM di USU, UNDIP, UNAIR, dan Unhas
  4. Sekarang sudah lebih dari 50 FKM atau Prodi IKM di seluruh Indonesia, baik negeri maupun swasta.


Share:

Pelala

Total Pageviews