Pemberdayaan dan Pengorganisasian Masyarakat dalam Kesehatan Masyarakat berarti
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan melibatkan masyarakat sebagai
subjek dalam pembangunan kesehatan. Kompleksitas manusia membuat beberapa ahli
membuat suatu pola untuk menguraikan psikologi manusia berdasarkan versi masing
– masing.
Berikut ini adalah beberapa pendekatan
aliran psikologi yang dapat dijadikan untuk melakukan pemberdayaan tersebut,
yaitu:
1. Psikoanalitik
Menurut kaum psikoanalis tradisional (Hansen dan Warner 1977)
manusia di gerakkan oleh dorongan dari dalam dirinya yang bersifat insting.
Dalam hal ini individu tidak memegang kendali atas nasibnya sendiri tetapi
tingkah lakunya tersebut di arahkan untuk memenuhi kebutuhan
dan insting biologisnya. Sigmund Freud mengemukakan struktur kepribadian individu
terbagi menjadi tiga, yaitu:
- Ide
Insting yang paling penting adalah instink seksualitas dan
instink agresi yang menggerakkan manusia dengan prinsip untuk memuaskan
dirinya. Atas hal tersebut fungsinya adalah sebagai pendorong individu untuk
memenuhi kebutuhan diri sepanjang hidupnya.
- Ego
Merupakan jembatan antara ide dengan
keadaan dunia luar individu. Fungsi lain dari ego adalah mengatur dan
mengarahkan ide dalam memuaskan instingnya selalu mempertimbangkan
lingkungannya. Dengan demikian ego lebih berfungsi kepribadian, sehingga
perwujudan fungsi ide itu menjadi tida tanpa arah.
- Super Ego
Tumbuh berkat interaksi antara individu
dengan lingkungannya, khususnya lingkungan yang bersifat aturan (perintah,
larangan, ganjaran dan hukuman), nilai, moral, adat dan tradisi.
Berdasarkan tiga sturktur tersebut, jika
dianalogikan bahwa kepribadian seseorang berpusat pada interaksi antara ide,
ego dan super ego menduduki peran perantara antara ide dengan lingkungan antara
ego dengan super ego. Sedangkan peranan ego dalam menjembatani ide dengan super
ego dapat dilihat kaitannya dengan kecenderungan seseorang untuk berada pada
dua titik ekstrem. Pertama seseorang yang didominasi idenya maka tingkah
lakunya impulsif dan seseorang yang didominasi super egonya cenderung
berperilaku moralistik.
2. Pandangan Behavioristik
Kaum behavioristik menganggap bahwa tingkah laku manusa di
pengaruhi oleh lingkungan. Hubungan itu di atur oleh hukum – hukum belajar,
seperti teori pembiasan (conditioning) dan peniruan.
Pandangan behavioristik sering di kritik sebagai pandangan yang
merendahkan derajat manusia (dehumanisasi) karena pandangan ini mengingkari adanya
cirri – cirri yang amat penting yang ada pada manusia dan tidak ada pada mesin
atau binatang seperti kemampuan memilih, menetapkan tujuan dan mencipta.
Pandangan behavioristik tidaklah
mendehumanisasikan manusia, melainkan justru men-dehomunkulisasikan manusia
yaitu : mengatasi kekerdilan manusia. Hanya dalam hubungannya dengan lingkungan
yang didekati. Secara ilmiah kekerdilan manusia dapat diatasi dan harkat
manusia dipertinggi.
3. Humanistik
Pandangan humanistik tentang manusia
(Hansen, dkk 1977) menolak pandangan Freud. Rogers yang menokohi pandangan
humanistik berpendapat bahwa manusia itu memiliki dorongan untuk mengarahkan
dirinya ke tujuan yang positif, manusia itu rasional, terisosialisasikan dan
untuk berbagai hal dapat menetukan nasibnya sendiri.
Selanjutnya Rogers mengemukakan bahwa
manusia itu merupakan kepribadian yang tidak statis atau tidak kaku. Manusia
pada hakekatnya dalam proses on becoming tidak pernah selesai dan tidak prenah
sempurna.
Sedangkan prinsip belajar humanistik itu
adalah : Hasrat untuk belajar (alamiah), belajar yang berarti, belajar tanpa
ancaman, belajar atas inisiatif sendiri dan belajar dan perubahan.
Dengan melakukan pendekatan tiga aliran
psikologi di atas maka dapat dijadikan suatu langkah – langkah yang dapat
dilakukan dalam melaksanakan upaya dalam mengorganisasikan dan pengembangan
berbabis masyarakat (PPM), sehingga bisa memfasilitasi unsur positif yang ada
di setiap komponen tersebut untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
0 comments:
Post a Comment